Kemampuan Berpikir Kritis Matematik
BAB I
Pendahuluan
A. Latar
Belakang
Pengembangan kemampuan
berpikir kreatif merupakan salah satu fokus pembelajaran matematika. Melalui
pembelajaran matematika, siswa diharapkan memiliki kemampuan berpikir logis,
analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta memiliki kemampuan bekerja
sama (Depdiknas, 2004). Pengembangan kemampuan berpikir kreatif memang perlu
dilakukan karena kemampuan ini merupakan salah satu kemampuan yang dikehendaki
dunia kerja (Career Center Maine Department of Labor USA, 2004). Tak
diragukan lagi bahwa kemampuan berpikir kreatif juga menjadi penentu keunggulan
suatu bangsa. Daya kompetitif suatu bangsa sangat ditentukan oleh kreativitas
sumber daya manusianya. Pembelajaran matematika perlu dirancang sedemikian
sehingga berpotensi mengembangkan kemampuan berpikir kreatif siswa.
Pengembangan kemampuan berpikir kreatif perlu dilakukan seiring dengan
pengembangan cara mengevaluasi atau cara mengukurnya. Dalam artikel ini akan
dikaji pengertian berpikir kreatif matematis dan cara mengukurnya serta
beberapa contoh soal atau tugas untuk mengukurnya.
B.
Tujuan
Adapun tujuan
dari kemampuan berpikir kritis adalah sebagai berikut:
1.
Agar dapat
meningkat kemampuan berpikir dalam menyelesaikan sebuah atau suatu masalah.
2.
Dengan kemampuan
berpikir kritis seseorang dapat memberikan sebuah solusi yang konkrit dan
menjadi jalan dalam suatu masalah.
3.
BAB II
Kemampuan Berpikir Kritis Matematik
A. Pengertian
berpikir kritis Matematik
Setiap manusia akan berpikir, begitulah alaminya seorang
manusia tercipta. Seorang filsuf pernah berkata, ”Aku hidup karena berpikir”.
Peoses berpikir merupakan suatu hal yang natural, lumrah, dan berada dalam
lingkaran fitrah manusia yang hidup. Bahkan, seorang yang mengalami gangguan
jiwa pun merupakan seorang pemikir yang mempunyai dunia lain dalam hidupnya.
Saat kita berpikir, seringkali apa yang kita pikirkan menjadi bias, tidak
mempunyai arah yang jelas, parsial, dan tidak jarang emosional atau terkesan
egosentris.
Seharusnya manusia bisa kembali merenung, bahwa kualitas
hidup seseorang sesungguhnya ditentukan dengan bagaimana cara dia berpikir,
sehingga dari pemikiran yang berkualitas itu dia akan mampu menciptakan
penemuan atau pun inovasi baru dalam hidupnya. Bukankah seorang pahlawan lahir
dari cara berpikirnya yang selalu besar. Ilmuwan-ilmuwan ternama dunia pun
mengubah wajah dunia yang primitif menjadi dunia yang luar biasa ini dengan
perubahan pemikiran.
Menurut Paul & Elder (2005), berpikir kritis
merupakan cara bagi seseorang untuk meningkatkan kualitas dari hasil pemikiran
menggunakan teknik sistemasi cara berpikir dan menghasilkan daya pikir
intelektual dalam ide-ide yang digagas.
Berpikir Kritis Nadi
Suprapto Berpikir tidak dapat dilepaskan dan aktivitas manusia, karena berpikir
merupakan ciri yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Berpikir pada
umumnya dedefinisikan sebagai proses mental yang dapat menghasilkan
pengetahuan. Keterampilan berpikir dikelompokkan menjadi keterampilan berpikir
dasar dan keterampilan berpikir tingkat tinggi.
Menurut Costa (1985) yang
termasuk keterampilan berpikir dasar meliputi kualifikasi, klasifikasi,
hubungan variabel, tranformasi, dan hubungan sebab akibat Sedangkan
keterampilan berpikir kompleks meliputi problem solving, pengambilan keputusan,
berpikir kritis dan berpikir kreatif. Keterampilan berpikir kritis termasuk
salah satu keterampilan berpikir tingkat tinggi. Keterampilan berpikir kritis
secara esensial merupakan keterampilan menyelesaikan masalah (Problem Solving)
(Costa. 1985).
Nickerson et al (1985) dalam
Liliasari (2002) menyatakan bahwa keterampilan berpikir selalu berkembang dan
dapat dipelajari. Dalam proses pembelajaran pengembangan berpikir kritis lebih
melihatkan peserta didik sebagai pemikir daripada seorang belajar (Splitter,
1991).
Max Black (1952) dan Robert
Ennis (1962) dalam Arifin 2003 menyatakan berpikir kritis adalah kernampuan
menggunakan logika. Logika merupakan cara berpikir untuk rnendapatkan
pengetahuan yang disertai pengkajian kebenarannya yang efektif berdasarkan pola
penalaran tertentu.
Sedangkan menurut Ennis
dalam Costa (1985) berpikir kritis adalah kemampuan bernalar dan berpikir
reflektif yang diarahkan untuk memutuskan hal-hal yang meyakinkan untuk
dilakukan.
Menurut
Ennis (dalam Hassoubah, 2004), berpikir kritis adalah berpikir secara beralasan
dan reflektif dengan menekankan pada pembuatan keputusan tentang apa yang harus
dipercayai atau dilakukan. Oleh karena itu, indikator kemampuan berpikir kritis
dapat diturunkan dari aktivitas kritis siswa sebagai berikut :
Mencari pernyataan yang jelas dari setiap
pertanyaan, Mencari alasan, Berusaha mengetahui informasi dengan baik, Memakai
sumber yang memiliki kredibilitas dan menyebutkannya, Memperhatikan situasi dan
kondisi secara keseluruhan, Berusaha tetap relevan dengan ide utama, Mengingat
kepentingan yang asli dan mendasar, Mencari alternatif, Bersikap dan berpikir
terbuka, Mengambil posisi ketika ada bukti yang cukup untuk melakukan sesuatu, Mencari
penjelasan sebanyak mungkin apabila memungkinkan dan Bersikap secara sistimatis
dan teratur dengan bagian-bagian dari keseluruhan masalah.
Indikator
kemampuan berpikir kritis yang diturunkan dari aktivitas kritis diatas mampu merumuskan pokok-pokok
permasalahan, mampu mengungkap fakta yang dibutuhkan dalam menyelesaikan suatu
masalah, mampu memilih argumen logis, relevan dan akurat, mampu mendeteksi bias
berdasarkan pada sudut pandang yang berbeda dan mampu menentukan akibat dari
suatu pernyataan yang diambil sebagai suatu keputusan.
Beyer
(dalam Hassoubah, 2004) mengatakan bahwa keterampilan berpikir kritis meliputi
beberapa kemampuan sebagai berikut :
(1) Menentukan
kredibilitas suatu sumber.
(2) Membedakan
antara yang relevan dari yang tidak relevan.
(3) Membedakan
fakta dari penilaian.
(4) Mengidentifikasi
dan mengevaluasi asumsi yang tidak terucapkan.
(5) Mengidentifikasi
bias yang ada.
(6) Mengidentifikasi
sudut pandang.
(7) Mengevaluasi
bukti yang ditawarkan untuk mendukung pengakuan.
Sementara
itu Ellis (dalam Rosyada, 2004) mengemukakan bahwa keterampilan berpikir kritis
meliputi kemampuan-kemampuan sebagai berikut :
(1) Mampu
membedakan antara fakta yang bisa diverifikasi dengan tuntutan nilai.
(2) Mampu
membedakan antara informasi, alasan, dan tuntutan-tuntutan yang relevan dengan
yang tidak relevan.
(3) Mampu
menetapkan fakta yang akurat.
(4) Mampu
menetapkan sumber yang memiliki kredibilitas.
(5) Mampu
mengidentifikasi tuntutan dan argumen-argumen yang ambiguistik.
(6) Mampu
mengidentifikasi asumsi-asumsi yang tidak diungkapkan.
(7) Mampu
menditeksi bias.
(8) Mampu
mengidentifikasi logika-logika yang keliru.
(9) Mampu mengenali logika yang tidak konsisten.
(10) Mampu
menetapkan argumentasi atau tuntutan yang paling kuat.
Nickerson
(dalam Schfersman,1991) seorang ahli dalam berpikir kritis menyampaikan
ciri-ciri orang yang berpikir kritis dalam hal pengetahuan, kemampuan, sikap,
dan kebiasaan dalam bertindak sebagai berikut:
(1) Menggunakan
fakta-fakta secara mahir dan jujur.
(2) Mengorganisasi
pikiran dan mengartikulasikannya dengan jelas, logis atau masuk akal.
(3) Membedakan
antara kesimpulan yang didasarkan pada logika yang valid dengan logika yang
tidak valid.
(4) Mengidentifikasi
kecukupan data.
(5) Memahami
perbedaan antara penalaran dan rasionalisasi.
(6) Mencoba
untuk mengantisipasi kemungkinan konsekuensi dari berbagai kegiatan.
(7) Memahami
ide sesuai dengan tingkat keyakinannya.
(8) Melihat
similiritas dan analogi secara tidak dangkal.
(9) Dapat
belajar secara independen dan mempunyai perhatian yang tak kunjung hilang dalam
bekerjanya.
(10) Menerapkan
teknik problem solving dalam domain lain dari yang sudah dipelajarinya.
(11) Dapat
menyusun representasi masalah secara informal ke dalam cara formal seperti
matematika dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah.
(12) Dapat
menyatakan suatu argumen verbal yang tidak relevan dan mengungkapkan argumen
yang esensial.
(13) Mempertanyakan
suatu pandangan dan mempertanyakan implikasi dari suatu pandangan.
(14) Sensitif
terhadap perbedaan antara validitas dan intensitas dari suatu kepercayaan
dengan validitas dan intensitas yang dipegangnya.
(15) Menyadari
bahwa fakta dan pemahaman seseorang selalu terbatas, banyak fakta yang harus
dijelaskan dengan sikap non inquiri.
(16) Mengenali
kemungkinan keliru dari suatu pendapat, kemungkinan bias dalam pendapat, dan
mengenali bahaya dari pembobotan fakta menurut pilihan pribadi.
Selain
itu, Gokhale (1995) dalam penelitiannya yang berjudul Collaborative Learning Enhances Critical Thinking menyatakan
bahwa yang dimaksud dengan soal berpikir kritis adalah soal yang melibatkan
analisis, sintesis, dan evaluasi dari suatu konsep. Cotton (1991), menyatakan
bahwa berpikir kritis disebut juga berpikir logis dan berpikir analitis.
Selanjutnya menurut Langrehr (2006), untuk melatih berpikir kritis siswa harus
didorong untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan hal-hal
sebagai berikut :
(1) Menentukan
konsekuensi dari suatu keputusan atau suatu kejadian;
(2) Mengidentifikasi
asumsi yang digunakan dalam suatu pernyataan;
(3) Merumuskan
pokok-popok permasalahan;
(4) Menemukan
adanya bias berdasarkan pada sudut pandang yang berbeda;
(5) Mengungkapkan
penyebab suatu kejadian;
(6) Memilih
fakor-faktor yang mendukung terhadap suatu keputusan
Berdasarkan
pada uraian-uraian yang telah dikemukakan dirumuskan pengertian kemampuan
berpikir kritis matematika yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
Kemampuan berpikir
kritis mencakup:
(1) Kemampuan
mengidentifikasi asumsi yang diberikan;
(2) Kemampuan
merumuskan pokok-pokok permasalahan;
(3) Kemampuan
menentukan akibat dari suatu ketentuan yang diambil;
(4) Kemampuan
mendeteksi adanya bias berdasarkan pada sudut pandang yang berbeda;
(5) Kemampuan
mengungkap data/definisi/teorema dalam menyelesaikan masalah;
(6) Kemampuan
mengevaluasi argumen yang relevan dalam penyelesaian suatu masalah.
Berpikir
kritis adalah suatu usaha yang
dilakukan secara sistematis dan mengikuti prinsip-prinsip logika serta
mempertimbangkan berbagai sudut pandang untuk memahami dan mengevaluasi
informasi dengan tujuan menentukan apakah informasi itu diterima, ditolak atau
ditangguhkan penilaiannya. .
Jadi,
berpikir kritis adalah bagaimana menyeimbangkan aspek-aspek pemikiran yang ada
di atas menjadi sesuatu yang sistemik dan mempunyai dasar atau nilai ilmiah
yang kuat. Selain itu, kita juga perlu memperhitungkan aspek alamiah yang
terdapat dalam diri manusia karena hasil pemikiran kita tidak lepas dari
hal-hal yang kita pikirkan.
B.
Faktor yang mempengaruhi berpikir kritis Matematik
Faktor-
faktor yang mempengaruhi berpikir krits matematik yaitu :
1. Fisik: berdasakan pada rasa yang dialami
oleh tubuh seperti rasa nyaman, tidak nyaman, senang atau sebaliknya.
2. Emosional: didasarkan
pada perasaan atau sikap,
orang akan bereaksi pada suatu situasi secara
subjektif. Rasional didasarkan pada pengetahuan orang
mendapatkan informasi ,memahami situasi dan berbagai konsekkuensinya.
3. Pratikal: berdasrkan pada keterampilan
individu dan kemampuan melaksanakannya.
4. Interpersonal; berdasarkan pengaruh pada
jaringan sosial yang ada.
5. Struktural: berdasarkan pada lingkup sosial ,ekonomi dan politik.
C.
Jenis-jenis berpikir kritis Matematik.
Jenis-jenis
berpikir matematik yaitu :
1. Berpikir kritis secara diprogram.
Berpikir kritis diprogram merupakan pikiran
yang bersifat rutin dan dilakukan secara berulang-ulang sehingga dapat dikembangkan menjadi suatu prosedur tertentu.
2. Berpikir kritis secara tidak deprogram.
Berpikir kritis tidak deprogram adalah
keputusan baru, tidak terstruktur dan tidak dapat diperkirakan sebelumnya dan tidak
dapat dikembangkan menjadi suatu prosedur tertentu untuk menangani suatu
masalah.
D. Kriteria
yang di jadikan standar dalam proses berpikir kritis matematik
Beberapa
kriteria yang dapat kita jadikan standar dalam proses berpikir kritis matematik
ini adalah kejelasan (clarity),
tingkat akurasi (accuracy), tingkat
kepresisian (precision) relevansi (relevance), logika berpikir yang
digunakan (logic), keluasan sudut
pandang (breadth), kedalaman berpikir
(depth), kejujuran (honesty), kelengkapan informasi (information) dan bagaimana implikasi
dari solusi yang kita kemukakan (implication).
Kriteria-kriteria
di atas tentunya harus menggunakan elemen-elemen penyusun kerangka berpikir
suatu gagasan atau ide. Sebuah gagasan/ide harus menjawab beberapa hal sebagai
berikut.
1.
Tujuan
dari sebuah gagasan/ide
2.
Pertanyaan
dari suatu masalah terhadap gagasan/ide
3.
Sudut
pandang dari gagasan/ide
4.
Informasi
yang muncul dari gagasan/ide
5.
Interpretasi
dan kesimpulan yang mungkin muncul.
6.
Konsep
pemikiran dari gagasan/ide tersebut
7.
Implikasi
dan konsekuensi
8. Asumsi yang digunakan dalam memunculkan gagasan/ide
tersebut
BAB II
Penutup
A. Kesimpulan
Berpikir
kritis adalah suatu usaha yang
dilakukan secara sistematis dan mengikuti prinsip-prinsip logika serta
mempertimbangkan berbagai sudut pandang untuk memahami dan mengevaluasi
informasi dengan tujuan menentukan apakah informasi itu diterima, ditolak atau
ditangguhkan penilaiannya. .
Jadi,
berpikir kritis adalah bagaimana menyeimbangkan aspek-aspek pemikiran yang ada
di atas menjadi sesuatu yang sistemik dan mempunyai dasar atau nilai ilmiah
yang kuat. Selain itu, kita juga perlu memperhitungkan aspek alamiah yang
terdapat dalam diri manusia karena hasil pemikiran kita tidak lepas dari
hal-hal yang kita pikirkan.
Faktor-
faktor yang mempengaruhi berpikir krits matematik yaitu :
1. Fisik: berdasakan pada rasa yang dialami
oleh tubuh seperti rasa nyaman, tidak nyaman, senang atau sebaliknya.
2. Emosional: didasarkan
pada perasaan atau sikap,
orang akan bereaksi pada suatu situasi secara
subjektif. Rasional didasarkan pada pengetahuan orang
mendapatkan informasi ,memahami situasi dan berbagai konsekkuensinya.
3. Pratikal: berdasrkan pada keterampilan
individu dan kemampuan melaksanakannya.
4. Interpersonal; berdasarkan pengaruh pada
jaringan sosial yang ada.
5. Struktural: berdasarkan pada lingkup sosial ,ekonomi dan politik.
Jenis-jenis
berpikir matematik yaitu :
3. Berpikir kritis secara diprogram.
Berpikir kritis diprogram merupakan pikiran
yang bersifat rutin dan dilakukan secara berulang-ulang sehingga dapat dikembangkan menjadi suatu prosedur tertentu.
4. Berpikir kritis secara tidak deprogram.
Berpikir kritis tidak deprogram adalah
keputusan baru, tidak terstruktur dan tidak dapat diperkirakan sebelumnya dan tidak
dapat dikembangkan menjadi suatu prosedur tertentu untuk menangani suatu
masalah.
Beberapa
kriteria yang dapat kita jadikan standar dalam proses berpikir kritis matematik
ini adalah kejelasan (clarity),
tingkat akurasi (accuracy), tingkat
kepresisian (precision) relevansi (relevance), logika berpikir yang
digunakan (logic), keluasan sudut
pandang (breadth), kedalaman berpikir
(depth), kejujuran (honesty), kelengkapan informasi (information) dan bagaimana implikasi
dari solusi yang kita kemukakan (implication).
B. Saran
Dalam
pembuatan makalah ini kami mengalami berbagia macam kendala, khususnya dalam
mencari referensi atau sumber materi. Sehingga kami sadar akan tidak sempurnya
makalah ini. Kami berharap kepada para pembaca makalah ini agar dapat
memberikan saran atau masukan kepada kami, agar makalah yang kami buat
selanjutnya lebih baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar